DAKI GUNUNG VS DAKI LEHER

on Jumat, 30 Mei 2014


Saya adalah penggemar novel-novel Tere Liye. Saya juga mengikuti status-status beliau di fanpage Darwis Tere Liye. Suatu waktu, Om Darwis pernah share sebuah postingan seperti ini.
Saya selalu menyarankan ini, jika kalian masih muda punya banyak waktu luang, tidak memiliki terlalu banyak keterbatasan, maka berkelilinglah melihat dunia. Bawa satu ransel di pundak, berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain, dari satu lembah ke lembah lain, pantai, gunung, hutan, padang rumput, dan sebagainya. Menyatu dengan kebiasaan setempat, naik turun angkut umum, menumpang menginap di rumah-rumah, selasar masjid, penginapan murah meriah, nongkrong dipasar, ngobrol dengan banyak orang, menikmati setiap detik proses tersebut. Maka, semoga, pemahaman yang lebih bernilai dibanding pendidikan formal akan dating.
Dunia ini bukan hanya sekedar duduk di depan laptop atau HP, lantas terkoneksi dengan jaringan sosial yang sebenarnya semu. Bertemu dengan banyak orang, kebiasaan, akan membuka simpul pengertian yang lebih besar. Karena sejatinya, kebahagiaan, pemahaman, prinsip-prinsip hidup itu ada di dalam hati. Kitalah yang tahu persis apakah kita nyaman, tentram dengan semua itu. Nah, kalau kalian punya keterbatasan, lakukanlah dalam skala kecil, jarak lebih dekat, dengan pertimbangan keamanan lebih prioritas. Itu sama saja. Lihatlah dunia, pergilah berpetualang, perintah itu ada dalam setiap ajaran leluhur.
Saya tersentil baca status itu. Mengingat selama ini saya tergolong anak rumahan jarang main jauh-jauh, jalan-jalan ke kota sebelah aja nyasar. Benar-benar buta arah.
Mungkin benar kata Om Darwis saya mesti bertualang, biar saya tahu dunia luar, biar saya mengenal lebih banyak orang.
Kayaknya travelling emang hobi yang recommended buat anak-anak kurang gaul. Bayangkan, betapa segarnya ketika kita bisa keluar dari penatnya rutinitas. Jalan-jalan ke luar kota naik angkutan umum, mendaki gunung, pergi ke pantai, lari ke hutan, teriak di pinggir jurang.
Bukankah Allah menciptakan manusia dalam bermacam-macam suku bangsa agar kita saling mengenal?
Nah, salah satujalan untuk mengenal manusia-manusia dari belahan dunia lain adalah dengan cara travelling. Coba kita niatkan, ketika kiya punya uang lebih dipakai untuk travelling.
Banyak orang tua yang menyesal karena sewaktu masih muda jarang berpergian. Nah, mumpung masih muda, ayo kita berkelana.
Tapi, ada aja alasan yang menghalangi kaki kita untuk mulai melangkah.
1.  Nggak punya banyak waktu
Kadang kalau lagi sibuk sekolah, kita nggak bisa pergi jauh-jauh. Kita Cuma bisa punya hari minggu, liburan ke rumah nenek aja besoknya mesti balik lagi karena harus masuk sekolah lagi.

2.  Nggak punya biaya
Pergi jauh emang butuh biaya, jangankan pergi jauh, iseng-iseng ke mal aja butuh dana. Sekarang parkir motor aja bayar. Ke toilet pun harus ngerogoh kantong.

3.  Nggak punya keduanya dalam saat yang sama
Di saat punya banyak waktu, kita nggak punya uang. Disaat punya banyak uang malah nggak punya banyak waktu. Nah, jangan sampai di saat ada uang, ada waktu, kitanya malah yang udah nggak ada. Tapi kalaukita emang benar-benar niat pengen travelling pasti kita menyiasati itu, sebab akan banyak manfaat yang kita peroleh dari hobi ini.

4.  Menyegarkan mata
Setiap hari kita cuma lihat gedung-gedung pencakar langit, kendaraan lalu lalang, dan orang-orang sibuk dengan dunianya masing-masing. Tapi, ketika memtuskan untuk pergi sejenak dari rutinitas tersebut, kita kan melihat hal-hal baru. Kita akan menyadari betapa indahnya karya Sang Pencipta. Pegunungan, hutan, pantai, dan sawah-swah yang terbentang luas. Merasakan udara segar perdesaan, segarkan mata dengan pemandangan yang indah.

 5.  Mengenal hal-hal baru
Travelling bikin kita mengenal beragam kebudayaan yang kita temui selama perjalanan. Kita juga berkesempatan ketemu banyak orang yang berbeda. Dari bermacam-macam sifat orang itu, kita bisa melatih diri untuk beriteraksi dengan orang baru di lingkungan baru.

6.  Berani menghadapi tantangan
Ketika untuk memutuskan untuk melangkah menjangkau dunia luar, berarti kamu telah menantang bermacam cobaan yang akan kamu temui di depan sana. Perjalanan akan mengajarkan kamu untuk berani mengahadapi tantangan. Setelah melalui beragam tantangan dalam perjalanan, kamu akan terlatih dan nggak kaku jika menghadapi berbagai tantang baru di kehidupan sehari-hari.
Kalau masih ragu untuk melangkah walaupun tahu banyak sekali manfaat travelling, coba Tanya kepada para petualang. Meraka pasti bakal senang hati menceritakan betapa asoinya perjalanan yang telah mereka arungi. Kalu belum penasaran juga, coba baca buku travelling, contohnya tulisan Mbak Trinity di “Naked Traveller” series atau nonton film “5 cm”.
Teman saya biasanya mendekam di rumah sampai dakian. Setelah nonton film “5cm” tiba-tiba kepincut pengen daki Gunung Sumeru. Tapi, ternyata nggak Cuma teman saya yang terpengaruh oleh pesona ginung tertinggi di pulau jawa tersebut. Di Indonesia ini, banyak banget yang jadi koban film “5 cm”
Gara-gara film “5 cm”, jumlah pendaki Gunung Sumeru membludak. Tapi, yang disayangkan adalah sampah-sampah yang ditinggalkan para pendaki itu. Iya, seharusnya para pendaki mencintai alam. Menghormati Gunung Sumeru dengan nggak buang sampah semabrangan di sana.
Ingatlah 3 sepirit pencinta alam di bawah ini :
·      Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak.
·      Jangan mengambil apapun kecuali gambar/foto
·      Jangan membunuh apapun kecuali waktu
Poin pertama dari 3 seprit pencinta alam ini sangat wajib kita amalkan, jangan ninggalin sampah sembarangan. Seorang pencinta alam sudah pasti peduli dengan kebersihan lingkungan. Kalau masih jorok juga berarti bukan pencinta alam, tapi pencinta Mbah Dukun.
“Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci. Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan. Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan. Karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu”. (HR. Tirmidzi)
Allah suka dengan hamba-Nya yang rajin bersih-bersih. Lagian kebersihan banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Sebaliknya, kotor dan jorok bakal bawa berbagai keburukan bagi kehidupan. Orang yang bisa jaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan tempat tinggalnya, hidupnya akan terasa nyaman. Sebaliknya kalau orang udah males bersih-bersih, buang sampah seenak dengkulnya, nggak pernah mandi dan jarang gosok gigi, maka hidupnya akan terasa runyam.
Melalui sabda Rasullullah berharap umat islam jadi pelopor dalam hal menjaga kebersihan, sebab kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan hal-hal yang dicintai oleh Allah SWT. Jika kita melakukan hal yang disenangi oleh Allah SWT, tentu kita bakal dilimpahkan pahala. Dengan kata lain, kotor, jorok, sampah berserakan, lingkungan semrawut, muka nggak karuan, leher dakian, kuku panjang-panjang item, dan rambut jadi sarang tikus itu nggak disukai oleh Allah SWT. Kalau mau jadi hamba yang taat, tentu kita tergerak untuk mau berubah. Berani lebih bersih.
Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan, mulailah dari diri kita sendiri, di lingkungan sendiri dan dari hal terkecil.
Rajin mandi, pakai wewangian biar nggak bikin idung orang mengernyit mencium badan kita yang bau kambing. Rajin gosok gigi, bersiwak kalau bisa. Teratur motongin kuku dan rapihin kumis sebelum berangkat jum’atan..
Setelah diri sendiri sudah bersih dan sedap dilihat, mulailah mengajak keluarga sendiri untuk beberes rumah. Ngepel lantai, ngelap jendela, dan bersihin langit-langit kamar dari sarang laba-laba, setelah itu baru kita ajak masyarakat di lingkungan kita untuk mulai hidup bersih,
di sekolah, kita ajak teman sekelas untuk bikin jadwal piket dan bekerja sama menata ruang kelas supaya lebih nyaman.
Di kampung, kita adakan gotong royong bersihin comberan dari sampah-sampah plastik. Jangan sepelekan masalah kebersihan. Sebab, kebersihan merupakan sebagian dari iman. Maksudnya, keimanan seseorang bakal lengkap kalau dia bisa jaga kebersihan. Nah, berarti orang yang cuek bebek dengan kebersihan, keimanannya masih remedial. Secara nggak langsung, menjaga kebersihan itu wajib hukumnya, sebab, berkaitan dengan keimanan seseorang. Jadi jangan malas bersih-bersih ya teman..

Dikutip dari novel karya Haris Firmasyah berjudul “Good Hobby vs Bad Habit

Kata-kata super difilm Marmut Merah Jambu

on Minggu, 25 Mei 2014
Cinta itu seperti marmut merah jambu yg berlari terus menerus di roda yg berputar tetapi dia tak pernah kemana-mana.."

Maksudnya : kamu ibarat marmut yg diam-diam suka sama dia..
Terus kamu terus menerus mengejar dia padahal kamu tau dia itu cuek sama kamu.
Padahal ternyata ada yg lain yg lebih baik seandainya kamu berpindah dari dia,,


Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh.
Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan.
Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.


“Bagaimana semesta bisa berkonspirasi hingga dua orang bisa actually ketemu memang mendekati keajaiban.”

“Lebih jauh lagi, gue gak percaya pada kebetulan, gue percaya pada pertemuan yang dirancang diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah digambarkan. Dan masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling bersinggungan.” 



Raditya Dika~Marmut Merah Jambu.